MENULIS 500 KATA PER HARI

Image
MEMBIASAKAN DIRI MENULIS 500 KATA PER HARI Oleh : Peri Irawan* Bagaimana caranya membiasakan diri menulis 500 kata per hari? Menurut pribadi saya untuk melakukan itu, ya cukup hanya menyediakan waktu luang dan kemudian menulis langsung menulis saja. Menulis berbagai banyak hal, kata demi kata namun tetap berprinsip runut, enak dibaca sesuai kaidah penulisan dan tata bahasa yang benar. Menulis tentang pembahasan apapun tanpa batasan, tidak perlu mempermasalahkan teknis sedari awal, karena tujuan awal kita adalah mampu menulis 500 kata per hari. Saya pun demikian saat ini mulai membiasakan diri menulis 500 kata per hari, dan ternyata semua itu membutuhkan disiplin diri dan komitmen yang kuat. Dalam prosesnya perlu semangat, ide yang mengalir dan stamina yang cukup kuat. Berbagai gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan dan perlu dikembangkan dalam bentuk kata demi kata agar menjadi sebuah kalimat yang tersusun rapi, sehingga menjadi rangkaian sebuah tulisan. Hal

MELAYANI SEPENUH HATI

MELAYANI SEPENUH HATI
Oleh : Peri Irawan*



Tampaknya judul kali ini tampak klise bagi sebagian orang. Di jaman serba modern ini tidak ada istilah "makan siang gratis" semua serba mengharap imbalan, sekali pun ada pelayanan yang prima maka hal itu kelak akan dibebani dengan biaya pelayanan prima. Tapi tidak untuk yang kali ini. Saya mendapati seorang ibu penjual nasi uduk di pinggiran Jalan Kali Sipon Kel. Buaran Indah Kota Tangerang yang betul-betul melayani dengan sepenuh hati. Dia mengaku sudah berjualan uduk selama ± 30 tahun, tentu saja pengalaman berdagang selama itu membuat si Ibu ahli betul dengan dagangan yang dijajakannya.

Dia menyapa setiap pelanggan dengan ramah, melayani dengan cepat dan cita rasa nasi uduk yang enak dan masih hangat siap untuk disantap sebagai sarapan di pagi hari, hebatnya nasi uduk yang lengkap itupun dihargai sangat murah hanya Rp 5.000,- saja per porsi. Saya cukup heran nasi uduk yang lengkap itu dijual sangat murah, terbesit di dalam hati apakah si Ibu Penjual mendapatkan untung yang sangat lumayan dari menjual nasi uduk semurah itu? Dia juga menceritakan jika teh yang dihidangkannya merupakan air isi ulang yang dimasak lagi hingga matang, supaya menjaga kekhawatiran pelanggannya menderita sakit perut karena minum air yang kurang sehat/matang karena tidak dimasak terlebih dahulu. Sungguh luar biasa si Ibu Penjual, beliau benar-benar memperhatikan para pelanggannya dengan baik.

Bagi kita para pebisnis, pelayanan yang prima dan sepenuh hati merupakan suatu keharusan jika ingin bisnis kita mampu bertahan dari banyaknya persaingan. Eksistensi bisnis pun dinilai dari sebaik apa pelayanan yang kita berikan. Semakin baik pelayanan semakin memberikan citra baik bagi usaha yang kita jalankan. Belajar dari si Ibu Penjual Nasi Uduk yang saya temui, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang pelayanan sepenuh hati itu- manajemen modern memaknainya sebagai 'service exellent'.



Mari kita belajar ilmu 'service exellent' dari si Ibu Penjual Nasi Uduk ;

Pertama, pelayanan dilakukan dengan sepenuh hati dan senyum yang ramah. Setiap pelanggan adalah manusia, dan setiap manusia perlu penghargaan diri dari setiap orang. Senyum, Salam dan Sapa adalah standar minimal yang diperlukan untuk melayani pelanggan yang kita miliki, dari sana dimulai kesan pertama yang baik yang membuat suasana hati pelanggan menjadi lebih riang, dan kita tahu keriangan dan kebahagian akan menular ke setiap orang.

Kedua, kecepatan. Semua pelanggan suka pelayanan yang cepat. Kecepatan pelayanan bagi kita merupakan penghematan dan efisiensi waktu bagi pelanggan. Nilai tambah tersebut sangat berarti bagi para pelanggan kita, sehingga saat bertransaksi dengan kita bukanlah sesuatu kegiatan yang dianggap membuang waktu.

Ketiga, kualitas. Bicara kualitas jika itu jualan berupa makanan bisa dilihat dari berbagai segi ; bisa rasanya yang enak, aromanya yang memikat, penampilan yang menarik dan juga pengemasan yang rapih dan bersih. Jika itu barang pakai kualitas bisa berupa ; bahan pembentuk barang tersebut dari bahan kualitas bagus, tahan lama/awet, kuat dan lain sebagainya.

Keempat, harga yang terjangkau atau murah. Harga murah bukan berarti harus mengorbankan kualitas. Harga terjangkau memungkinkan segala kalangan bisa membeli produk yang kita tawarkan. Mencontoh si Ibu Penjual Nasi uduk tadi meskipun harga per porsi nasi uduknya Rp 5.000,- tapi rasanya tetap enak, lengkap dan bersih penyajiannya. Mensiasati harga murah tapi kualitas tetap terjaga memang memerlukan ide, kreatifitas dan investasi riset yang sedikit menguras biaya dan waktu. Tak mudah memang nanun bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Demikianlah artikel kami minggu ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca setia di mana pun Anda berada, salam sukses salam pembelajar.

(*Penulis adalah Pengasuh Blog www.visionerpd.blogspot.com.)

Comments

Popular posts from this blog

CIRI KHAS PRIBADI UNGGUL

MUTIARA DI DALAM LUMPUR