MENULIS 500 KATA PER HARI

Image
MEMBIASAKAN DIRI MENULIS 500 KATA PER HARI Oleh : Peri Irawan* Bagaimana caranya membiasakan diri menulis 500 kata per hari? Menurut pribadi saya untuk melakukan itu, ya cukup hanya menyediakan waktu luang dan kemudian menulis langsung menulis saja. Menulis berbagai banyak hal, kata demi kata namun tetap berprinsip runut, enak dibaca sesuai kaidah penulisan dan tata bahasa yang benar. Menulis tentang pembahasan apapun tanpa batasan, tidak perlu mempermasalahkan teknis sedari awal, karena tujuan awal kita adalah mampu menulis 500 kata per hari. Saya pun demikian saat ini mulai membiasakan diri menulis 500 kata per hari, dan ternyata semua itu membutuhkan disiplin diri dan komitmen yang kuat. Dalam prosesnya perlu semangat, ide yang mengalir dan stamina yang cukup kuat. Berbagai gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan dan perlu dikembangkan dalam bentuk kata demi kata agar menjadi sebuah kalimat yang tersusun rapi, sehingga menjadi rangkaian sebuah tulisan. Hal

PROFESIONALITAS DAN KEBIASAAN


Oleh : Peri Irawan*

    Pernahkan Anda kagum atas kerja atau keterampilan seseorang? Saya pernah dan bahkan cukup sering. Rasa kagum itu timbul karena kemampuan seseorang atas etos kerja, bakat dan keahlian dalam bidang pekerjaannya. Suatu kali saat saya menghadiri sebuah acara Talk Show sebuah ormas Islam di Gedung Serba Guna Jiwasraya Cikokol-Tangerang, tak sengaja saat sedang sarapan di warung Pedagang Kaki Lima untuk menunggu mulainya acara Talk Show tersebut melihat seorang bapak tua, yang pekerjaannya adalah buruh kasar yang sering dipanggil oleh Dinas Kebersihan Kota Tangerang untuk memapas pohon penghijauan yang menjadi tanggung jawab DKP Kota Tangerang.


       Saya sangat terperangah melihat betapa piawainya si bapak tukang pemapas pohon dalam melakukan pekerjaannya. Dari mulai memanjat hingga memapas ranting-ranting pohon di atas pohon tanpa alat pengaman sama sekali. Bermodalkan kedua tangan, kaki dan tentu saja sebilah golok untuk memapas ranting pohon.



                ( saat si Bapak Pemapas Pohon memanjat)



(saat si Bapak Pemapas Pohon sedang memangkas ranting pohon)

Keterampilan yang luar biasa tersebut diantaranya :

A. Si Bapak Pemapas Pohon mampu naik ke atas pohon setinggi 6 meter kurang dari 10 detik dengan tanpa alat pengaman diri sama sekali. Begitu juga saat si Bapak turun dari pohon tidak lebih dari 10 detik.

B. Kerja si Bapak Pemapas Pohon dalam memotong ranting-ranting pohon yang diamternya 10-15 Cm cukup 2 sampai 3 kali tebasan golok.

C. Perpindahan si Bapak Pemapas Pohon dari cabang ke cabang dengan gerakan yang gesit dan tanpa terlihat rasa ragu sedikit pun. 

        Ketiga proses itu berlangsung dengan sangat cepat antara 3-5 menit. Mungkin jika ketiganya harus saya yang melakukan, maka rasanya hampir mustahil mengerjakan pekerjaan si Bapak oleh saya dalam waktu sesingkat itu, 3-5 menit. Memanjat pohon saja mungkin membutuhkan waktu ± 30 detik, memapas ranting dan bergerak dari ranting ke ranting yang lain bisa di atas 5 menit, ditambah rasa takut dan was was khawatir jatuh dari pohon, belum lagi proses turun dari pohonnya harus lebih ekstra hati-hati karena kondisinya berbeda saat hendak memanjat pohon. Karena banyak kejadian yang mungkin pernah kita alami, bisa memanjat pohon tapi bingung bagaimana caranya turun.

           Akhirnya saya memahami ternyata hal yang si Bapak Pemangkas Pohon miliki bukannya keterampilan yang jadi satu, dua atau tiga hari langsung bisa, tetapi sebuah usaha yang membutuhkan proses dan akumulasi pengalaman kerja bertahun-tahun. Saya menanyakan si Bapak Pemangkas Pohon sudah berapa lama pekerjaan itu dilakoninya, dia menjawab sekitar 12-13 tahun. Bukan waktu yang sedikit, kebiasan dan pekerjaan yang dilakukan dengan tekun dan terus menerus menempa seseorang menjadi profesional di bidangnya.

          Begitupun semua di antara kita, menjadi seorang yang ahli dan terampil setelah beberapa tahun menekuni bidang profesi atau pekerjaan yang kita geluti sehari-hari. Kita perlu memaknai, menikmati dan mencintai atas pekerjaan atau profesi kita. Dimaknai sebagai anugrah dan takdir Tuhan yang harus kita jalani, dinikmati sebagai bagian kehidupan yang akan mengantarkan kita kepada posisi yang lebih baik dan dicintai sebagai pekerjaan yang secara langsung memberikan penghidupan nafkah bagi kita dan anak-istri di rumah. Ketika tiga hal ini kita lakukan maka pembiasaan diri yang menghasilkan watak profesionalisme akan hadir dan terpupuk dalam karakter kerja kita di kemudian hari.

        Marilah kita membiasakan diri untuk terus belajar, bekerja secara cerdas, menempa keras bathin untuk mengusir kemalasan dan memaknai setiap tindakan dalam pekerjaan yang kita lakukan, sehingga kita bisa dicap sebagai orang yang profesional dan ahli di bidangnya masing-masing. Para juara adalah para ahli di bidang apa yang menjadi pekerjaan mereka. Semoga Artikel singkat ini dapat bermanfaat para pembaca semua, Salam Sukses Salam Pembelajar.

(*Penulis adalah Pengasuh Blog visionerpd.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

CIRI KHAS PRIBADI UNGGUL

MUTIARA DI DALAM LUMPUR