MENULIS 500 KATA PER HARI

Image
MEMBIASAKAN DIRI MENULIS 500 KATA PER HARI Oleh : Peri Irawan* Bagaimana caranya membiasakan diri menulis 500 kata per hari? Menurut pribadi saya untuk melakukan itu, ya cukup hanya menyediakan waktu luang dan kemudian menulis langsung menulis saja. Menulis berbagai banyak hal, kata demi kata namun tetap berprinsip runut, enak dibaca sesuai kaidah penulisan dan tata bahasa yang benar. Menulis tentang pembahasan apapun tanpa batasan, tidak perlu mempermasalahkan teknis sedari awal, karena tujuan awal kita adalah mampu menulis 500 kata per hari. Saya pun demikian saat ini mulai membiasakan diri menulis 500 kata per hari, dan ternyata semua itu membutuhkan disiplin diri dan komitmen yang kuat. Dalam prosesnya perlu semangat, ide yang mengalir dan stamina yang cukup kuat. Berbagai gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan dan perlu dikembangkan dalam bentuk kata demi kata agar menjadi sebuah kalimat yang tersusun rapi, sehingga menjadi rangkaian sebuah tulisan. Hal

FENOMENA GAME ONLINE


FENOMENA GAME ONLINE
Oleh : Peri Irawan*


Pernah suatu waktu penulis baru mengenal dunia Internet dan langsung ingin mendalaminya di salah satu Warung Internet (WARNET) yang berlokasi di wilayah Perumnas II Tangerang. Keingintahuan untuk menggunakan aplikasi canggih di Internet tersebut membuat penulis sengaja membayar paketan selama 8 (delapan) jam sekaligus, –karena lebih murah, hanya untuk mempelajari bagaimana cara kerja Internet. Dimulai dengan mengetik alamat URL untuk membuka situs-situs olah raga dan berita (browsing), mempelajari search engine (mesin pencari) google, yahoo dan altaviasta, membuat e-mail, mempelajari fasilitas chatting/ngobrol via yahoo mesengger mendaftar jejaring sosial, waktu itu yang terkenal Friendster.com sampai dengan yang terakhir penulis punya sebuah akun Facebook. Kemudian belajar mengunduh (download) gambar, video dan lagu-lagu dari Internet. Walaupun pada awalnya, penulis berulang kali gagal mendownload video dan lagu-lagu, hanya karena ternyata komputer warnet yang digunakan tidak tersedia fasilitas software untuk mendownload gambar, video dan lagu-lagu.

Keasyikan berselancar dan rasa penasaran yang sangat besar akan cara kerja Internet, membuat penulis sengaja menjatah waktu untuk mempelajarinya 2 kali seminggu berdurasi 8 jam (dari jam 23.00 s.d jam 07.00 WIB) selama 3 bulan berturut-turut untuk mendalami dunia Internet, selain karena untuk belajar, penulis juga sangat memahami betapa pentingnya untuk saat ini setiap orang bisa menggunakan teknologi Internet. Karena internet merupakan bagian dari masyarakat modern dan berperadaban maju. Bahkan dengan media Internet kita bisa melihat luasnya dunia dengan mendetail, menyelami lautan samudra yang dalam dan menjelajah ruang angkasa yang luas.

Di tengah canggihnya dan besarnya manfaat Internet, penulis menemukan fenomena lain ; FENOMENA GAME ONLINE, pemain game ini (gamers) rata-rata adalah anak usia remaja sekolah dari mulai SD, SMP, bahkan SMA. Mereka menghabiskan waktunya berjam-jam duduk di layar komputer melalui fasilitas jaringan internet hanya untuk bermain game online, ada yang bermain Ragnarok Online, Counter Strike, Point Blank, Ayodance dan lain sebagainya tergantung dari selera sang gamers, bahkan beberapa game online bisa dimainkan oleh 10-12 orang sekaligus (bermain team), dimana ada pihak ‘jagoan’ dan ada pihak ‘penjahat.’

Internet memang sangat canggih, selain sebagai gudang informasi yang tidak terbatas dan sarana edukasi interaktif, juga merupakan wahana untuk mendapatkan hiburan, game online salah satunya. Namun apabila kebiasaan bermain game online ini tidak disikapi dengan bijak, justeru sebaliknya malah kontraproduktif dengan manfaat yang seharusnya bisa kita dapatkan dari internet. Pengamatan penulis terhadap efek game online bagi anak remaja usia sekolah diantaranya adalah ;

Pertama, sebagian besar gamers (pemain game) kecanduan/ketagihan dengan game online-nya sehingga banyak waktu yang terbuang sia-sia, hal ini menyebabkan keseimbangan pola waktu antara bermain dan belajar menjadi terganggu.

Kedua, menghamburkan biaya untuk hal yang kurang bermanfaat. Kita berhitung, di Tangerang saja harga rata-rata game online sekitar Rp 2.500,- per jam-nya. Setiap anak bermain antara 4-5 jam sekali main (kalau berkelompok bahkan bisa di atas 5 jam), itu artinya dalam sehari seorang anak (gamers) bisa menghabiskan uang antara Rp 10.000,- s.d Rp 12.500,-. Apabila seorang anak bermain 4 kali dalam seminggu, maka untuk sebulan dia bermain sebanyak rata-rata 16 kali. Itu setara dengan pengeluaran bulanan sebesar Rp 160.000,- s.d Rp 200.000,-. Itu setara dengan harga sekarung beras kualitas terbaik ukuran 20 Kg, yang bisa dimakan selama 20 hari bagi 1 keluarga lengkap (ayah, ibu dan 2 orang anak). Perhitungan itu diambil dari gamers yang bermain cukup rajin, bukan gamers yang bermain hampir tiap hari, kalau bermain tiap hari tentu pengeluaran yang dibelanjakan untuk game online lebih besar lagi.

Ketiga, membuat sang anak (gamers) kurang sehat. Hal ini karena bermain game online dilakukan tidak secara bijak, sebagian gemers lebih asyik bermain di malam hari, mengapa dilakukan di malam hari? karena akses bandwidth lebih cepat, tidak terganggu dengan aktivitas pengunjung warnet yang lain, dan suasana hati yang lebih mendukung untuk gemers berkonsentrasi pada geme online yang dimainkannya. Jika kebiasaan bermain game online di malam hari ini dilakukan setiap hari, si anak (gamers) akan kurang tidur, hal ini menyebabkan imunitas (mekanisme pertahanan tubuh) menurun sehingga mudah terserang penyakit, ditambah sering mengantuk saat jam pelajaran di sekolah, karena tubuh harus menganti waktu tidur yang terbuang saat malam hari, pada saat siang harinya, ini jelas menjadikan pendidikan sekolah anak menjadi terganggu.

Penulis tidak melarang anak kita untuk bermain game online, tidak masalah dengan bermain game online selama bijak menyikapi waktunya. Perlu ada keseimbangan antara bermain game online dengan bersosialisasi dan belajar. Yang menjadi masalah besar adalah apabila bermain game online mengakibatkan anak kita menjadi kecanduan/ketagihan sehingga mengganggu aktivitas yang lebih produktif yang seharusnya bisa sang anak (gamers) lakukan. Lalu bagaimana cara agar kita sebagai orang tua, bisa menjaga keseimbangan antara bermain game online dengan belajar bagi sang anak?

1.     Berikan pengertian dan pemahaman yang baik kepada anak, bahwa mereka boleh bermain game online namun tugas utama mereka untuk belajar dan bersosialisasi harus diprioritaskan.

2.  Pahami jenis game online yang dimainkan oleh sang anak, hindari game yang mengandung kekerasan, pornografi dan berbau SARA (penulis pernah menonton di salah satu stasiun TV swasta nasional, di Amerika ada game online yang dimana pihak ‘jagoan’ adalah tentara Amerika sedangkan pihak ‘penjahat’ adalah pejuang salah satu negara Timur Tengah yang lengkap menggunakan sorban identik dengan pejuang kaum muslimin).

3.    Apabila diperlukan tindakan tegas karena sang anak tetap kurang bijak dalam menyikapi bermain game online, bisa saja kita membatasi uang jajannya agar intensitas bermain game online mulai berkurang.

4.    Atau apabila pembaca mampu membelikan seperangkat game online, belikan saja dan taruh game itu di rumah dan tentukan jamnya kapan anak diperbolehkan bermain game, sehingga kegiatan anak bermain game baik offline maupun online bisa kita pantau  di rumah, dan terkesan kita tidak mengekang kebebasan anak untuk bermain game online. Dampingi anak agar selain mereka bermain game online juga ada aktivitas belajar di dalamnya, karena bermain game online juga terbukti dapat mengasah kreativitas sang anak.

Demikianlah semoga artikel ini bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian di mana pun Anda berada. Salam Sukses Salam Pembelajar.

*) Penulis adalah pengasuh blog di www.visionerpd.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

CIRI KHAS PRIBADI UNGGUL

MUTIARA DI DALAM LUMPUR